"Justru karena tadi prinsip nobless oblish maka mata seluruh mata itu mesti diarahkan dengan kecurigaan penuh pada Jokowi, itu dasarnya. Saya juga mencurigai kenapa seseorang yang lulus dari universitas tidak bisa berpikir abstrak? Tidak bisa konseptual, saya curigai," tambah Rocky.
Dengan tidak adanya klarifikasi yang memadai mengenai ijazah Jokowi, maka isu tersebut semakin berkembang dan menjadi pembicaraan publik.
Rocky menilai bahwa dalam sebuah negara demokratis, transparansi dan kejujuran seorang pemimpin sangat diperlukan untuk membangun legitimasi dan kepercayaan masyarakat.
Ketidakjelasan mengenai riwayat pendidikan Jokowi hanya akan memperburuk persepsi publik tentang ketidaktransparanan pemerintah.
"Karena dia kepala negara orang tuntut kejujuran, kalau bukan kepala negara silahkan berbohong itu urusannya moral diakhirat tapi keadaan kita ingin agar semua pemimpin itu punya track record," tegas Rocky, mengingatkan pentingnya kejujuran dalam memimpin negara.
Rocky juga mengingatkan bahwa dalam sistem demokrasi, semua informasi yang menyangkut kehidupan pribadi seorang pemimpin harus dapat diakses secara terbuka untuk memastikan kredibilitas dan legitimasi pemerintahan.
Jika tidak, maka publik akan terus meragukan keabsahan informasi yang disampaikan oleh pemerintah, dan ini akan mengarah pada munculnya lebih banyak hoaks.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Whoosh Sudah Busuk Sejak Awal? Ini Klaim Kontroversial Anak Buah Luhut
Prabowo Bukan Jokowi, Era Luhut Berakhir: Arah Baru Pemerintahan Indonesia
Dedi Mulyadi Bantah Isu Dana Daerah Jabar Mengendap di Bank, Ini Faktanya!
Riza Chalid Ternyata Masih Saudara Prabowo, Ini Kata M Qodari!