Dokter Tifa Blak-Blakan: Segara Makzulkan Gibran, Ganti Dengan AHY!

- Senin, 08 September 2025 | 07:55 WIB
Dokter Tifa Blak-Blakan: Segara Makzulkan Gibran, Ganti Dengan AHY!

PARADAPOS.COM - Pegiat Medsos, Dokter Tifauzia Tyassuma, kembali memberikan komentar menohok soal dinamika politik nasional.


Tifa kembali menguliti posisi Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden dan membandingkannya dengan Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).


Blak-blakan, Tifa mengaku sejak 2022 sudah menyarankan Prabowo Subianto untuk menggandeng AHY sebagai calon wakil presiden.


Namun kenyataannya, Prabowo memilih Gibran sebagai pendampingnya.


"Sejak 2022 sudah saya sampaikan Prabowo sebaiknya menggandeng anaknya SBY. Karena ternyata salah menggandeng anak orang lain, ya saya batal mencoblos,” ujar Tifa di X @DokterTifa (8/9/2025).


Meski sempat kecewa, Tifa menegaskan kini ia harus bersikap di tengah isu ancaman kudeta yang ramai dibicarakan.


"Tapi sekarang ketika ancaman kudeta makin menguat, saya harus bersikap, saya mendukung Presiden! Makzulkan Gibran! Ganti dengan AHY!” tegasnya.


Dalam unggahan yang sama, Tifa juga menyematkan potongan video AHY saat berpidato menggunakan bahasa Inggris dengan lancar dan fasih.


“No komen, silakan nilai sendiri. Kita semua sudah sama-sama dewasa dan punya otak, maka gunakanlah otak itu untuk menilai," tertulis pada keterangan video.


👇👇


Sejak 2022 sudah saya sampaikan
Prabowo sebaiknya menggandeng anaknya SBY.

Karena ternyata salah menggandeng anak orang lain, ya saya batal mencoblos.

Tapi sekarang ketika ancaman Kudeta makin menguat, saya harus bersikap, saya mendukung Presiden!

MAKZULKAN GIBRAN!
GANTI… https://t.co/a6PMZrkCy7


Seperti diketahui sebelumnya, Sekjen Relawan Gibranku, Pangeran Mangkubumi, menegaskan, barisan yang berada di belakang Gibran Rakabuming Raka tidak perlu diragukan perihal nasionalismenya.


Hal ini diungkapkan Pangeran saat hadir dalam diskusi Indonesia Lawyer Club (ILC) beberapa waktu lalu.


"Bang Karni, izin kalau belek dada saya, ini merah putih bang Karni," kata Pangeran setelah mantan Danjen Kopassus Mayjen (Purn) Soenarko menyinggung soal nasionalisme.


Sebagai seorang anak muda, Pangeran menekankan bahwa nasionalisme dan patriotisme tidak hanya sepenuhnya bisa tertanam pada diri prajurit TNI.


"Jadi dapat saya pastikan bahwa nasionalisme saya, patriotisme saya, bersama teman lainnya yang menolak pemakzulan ini, semua merah putih," tukasnya.


Kekeh menolak isu pemakzulan, Pangeran bilang, barisan anak muda yang mendapatkan kesempatan meraih panggung saat ini tidak memiliki niat merusak bangsa.


"Tidak ada dalam benak kami, hasrat dan keinginan untuk melakukan pengkhianatan, pengerusakan terhadap bangsa yang sudah kita bangun bersama," tandasnya.


Gibran vs AHY, Wetonnya Kucing vs Harimau: Siapa Lebih Bahaya?



PARADAPOS.COM - Wapres Gibran Rakabuming Raka dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi berita besar usai acara TNI di BatujajarBandung, 10 Agustus 2025 (Akad Wage). 


Di media dua sosok yang sama-sama lahir hari Kamis ini dihadap-hadapkan. Bedaya, satu weton dengan simbol kucing, lainnya berlambang harimau.


Saat di acara tersebut, Wapres Gibran datang dan langsung menyalami Jaksa Agung S Burhanudin, dan melewati AHY (Menko Bidang Infrastruktur dan Kewilayahan).


Sebenarnya, bukan hanya AHY yang tidak disalami Gibran, terlihat dia juga tidak menyalami Menteri ESDM Bahlil LahadaliaMenko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, dan Menko Bidang Pangan Zulkifli Hasan.


Tapi dalam pemberitaan yang disoroti terfokus pada Gibran tidak menyalami AHY, karena tampaknya dari sisi inilah paling seksi untuk menjadi berita.


Terutama di dunia maya, warganet ramai saling bersahutan mengomentari detik-detik Gibran melewati AHY yang sudah berdiri di deretan pejabat tinggi lokasi acara kemiliteran itu.


Ada yang menilai, saat itu Gibran sedang demam panggung, karena dihadapkan pada acara sebesar itu dihadiri para petinggi dalam acara megah. Sehingga, Gibran tidak fokus, sehingga konsentrasinya buyar.


Dalam kesempatan ini kita coba dari segi budaya Jawa, dilihat dari sisi weton. Hari itu Akad Wage (Minggu Wage) itu hitungannya, 5 4 = 9. 


Sedangkan weton Gibran adalah Kemis Legi (8 5m=13), lahir pada 1 Oktober 1987, di saat mongso (mangsa) Kapat.


Dalam hitungan tersebut, 9 13 = 22 = lungguh/derajad/pangan. Ini berarti hari itu adaah hari baik buat Gibran.  


Lantas bagaimana kalau dalam hal pertemuan dengan AHY, yang lahir 10 Agustus 1978 di Bandung, bertepatan dengan weton Kamis Pahing


Kamis berlambang angin, sedangkan Pahing, bersimbol macan atau harimau.


Bila weton Gibran dan AHY dipertemukan pada Ahad Wage tersebut, maka = 13 17 9 = 39 : 5 = 7 sisa 4, hasilnya disebut lara (sakit).


Jadi pada hari itu bagi keduanya kalau bertemu bukan waktu yang tepat, lara (sakit). 


Ini bukan dalam arti keduanya sakit secara fisik, tapi kondisi atau aura hari itu tidak baik bagi keduanya.


Padahal, kalau saja acara digelar satu hari sebelumnya, yakni Sabtu Pon (9 7 = 16), maka hasilnya akan sangat baik keduanya, yakni apa yang disebut, Sri atau Sandang = rejeki melimpah.


Tapia pa mau dikata, mungkin hari itu sudah dijadwalkan lama, sehingga tidak menghitung untuk pertemuan Gibran dan AHY. 


Tapi yang jelas, untuk Gibran sendiri di hari itu sebenarnya baik, lungguh/derajat, atau pangan. 


Sekarang sekalian kita lihat weton keduanya bila dihadap-hadapkan secara umum. 


Wapres Gibran yang lahir pada 1 Oktober 1987, di saat mongso (mangsa) Kapat, mempunyai weton Kamis-Legi. 


Terkait usulan pemakzulan ada baiknya Wapres memperhatikan wetonnya itu.


Halaman:

Komentar