Blak-Blakan! Andy F. Noya Bongkar Curhatan Terakhir Sophan Sophiaan Tak Kuat Duduk di DPR

- Rabu, 17 September 2025 | 14:00 WIB
Blak-Blakan! Andy F. Noya Bongkar Curhatan Terakhir Sophan Sophiaan Tak Kuat Duduk di DPR




PARADAPOS.COM - Integritas mendiang aktor legendaris sekaligus politikus, Sophan Sophiaan, diungkap kembali oleh jurnalis senior Andy F. Noya.


Dalam sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @benihbaik, Andy F. Noya membagikan percakapan mendalamnya dengan Sophan Sophiaan saat masih menjabat sebagai anggota DPR.


Andy mengungkap kegelisahan Sophan Sophiaan yang tak lagi sanggup berkompromi dengan realita yang dijalani di DPR.


Saat itu, Sophan Sophiaan yang merupakan anggota fraksi PDI-P merasa muak dengan praktik tidak etis yang ia saksikan setiap hari di parlemen. 


Ia merasa terasing karena menolak untuk ikut dalam arus yang menurutnya salah.


"Nggak tahan aku, aku harus mengundurkan diri dari keanggotaanku di DPR," kata Andy menirukan ucapan mendiang Sophan dengan nada penuh penekanan.


Sophan merasa dikucilkan, bahkan ditertawakan, karena idealismenya yang dianggap aneh di lingkungan tersebut. 


Ia dengan tegas menolak menerima 'uang haram' yang sudah menjadi hal lumrah di sekitarnya.


"Hati nuraniku nggak bisa terima setiap hari aku melihat orang-orang menerima 'uang-uang' yang menurut dia haram. Aku tidak mau terima, aku dikucilkan, aku tidak mau terima aku ditertawakan, batinku berontak," lanjut Andy, mengulang kembali curahan hati Sophan Sophiaan.


Aktor Papan Atas yang Terjun ke Panggung Politik


Lahir pada 26 April 1944, Sophan Sophiaan adalah ikon perfilman Indonesia. 


Ia bukan hanya seorang aktor, tetapi juga sutradara dan produser yang disegani. 


Sebagai putra dari politikus senior Manai Sophiaan, darah politik sejatinya sudah mengalir dalam dirinya.


Setelah malang melintang di dunia film, Sophan memutuskan terjun ke dunia politik. 


Awalnya ia aktif di Partai Demokrasi Indonesia dan pernah menjadi anggota fraksi di Dewan Perwakilan Rakyat pada masa Orde Baru (1992-1997).


Di era Reformasi, ia kembali ke Senayan di bawah bendera PDI-P. 


Namun, panggung yang ia masuki ternyata tak sesuai yang dibayangkan sehingga pilih mengundurkan diri dari Dewan Perwakilan Rakyat pada awal tahun 2002.


Keputusan Sophan untuk mundur pada awal tahun 2002 bukanlah tanpa sebab konkret.


Pemicu utamanya adalah kekecewaan mendalam terhadap sikap partainya sendiri dalam penanganan kasus dana nonbudgeter Bulog (Buloggate) yang melibatkan Ketua DPR saat itu, Akbar Tandjung.


Sophan menginginkan pembentukan Panitia Khusus (Pansus) DPR untuk mengusut tuntas kasus tersebut. 


Namun, Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, memilih untuk menempuh jalur hukum biasa.


Perbedaan sikap inilah yang menjadi puncak kekecewaannya. 


Ia merasa parlemen telah kehilangan taring dan fungsinya sebagai lembaga pengawas.


Langkahnya mundur menjadi sebuah anomali. 


Di saat banyak orang berebut kursi kekuasaan, Sophan Sophiaan justru meninggalkannya demi sebuah prinsip. 


Ia menjadi anggota DPR/MPR pertama di era Reformasi yang berani mundur karena perbedaan sikap politik dengan partainya.


Setelah mundur, Sophan Sophiaan seolah menarik diri dari panggung politik nasional. 


Ia kembali ke dunianya, aktif dalam kegiatan sosial dan sesekali kembali berakting.


Hingga akhirnya ia berpulang dalam sebuah kecelakaan motor pada 17 Mei 2008, saat mengikuti tur "100 Tahun Kebangkitan Nasional".


Kisah yang dibagikan Andy F. Noya menjadi pengingat penting. 


Sikap Sophan menunjukkan dilema yang sering dihadapi orang-orang idealis di lingkungan yang toksik: memilih terasing atau ikut larut dalam kerusakan.


"Banyak orang yang nggak tahan ketika dia dikucilkan, atau karena daripada dia dikucilkan dia menjadi bagian dari kerusakan yang terjadi," pungkas Andy F. Noya.



Sumber: Suara

Komentar