Anies menyoroti pergeseran dari pekerjaan full-time ke part-time. "Banyak yang dihitung itu disebut sebagai bukan pengangguran, padahal mereka itu kerja part-time, dengan jam kerja dan penghasilan yang amat tidak layak," jelasnya.
3. Dominannya Pekerja Informal
Faktor ketiga adalah besarnya proporsi pekerja informal yang mencapai 60 persen. Pekerja di sektor ini seringkali dihadapkan pada upah rendah dan minim perlindungan sosial serta hukum.
4. Tingginya Pengangguran Anak Muda
Anies menekankan bahwa pengangguran di kalangan anak muda tetap menjadi yang tertinggi. Padahal, kelompok inilah yang paling semangat namun justru paling sulit memasuki dunia kerja.
5. Kenaikan Upah yang Kalah dari Inflasi
Terakhir, Anies membandingkan kenaikan upah rata-rata yang hanya 1,8 persen dengan inflasi yang mencapai 2,3 persen. "Masalahnya, upah kita naiknya cuman 1,8 persen jadi ya masih kalah sama inflasi, apalagi inflasi makanannya malah justru makin tinggi," tuturnya.
Pentingnya Data yang Lengkap dan Jujur
Anies menegaskan bahwa publik tidak perlu takut untuk melihat kenyataan dengan lengkap. Ia berargumen bahwa dengan data pengangguran yang dibuka secara jujur dan komprehensif, publik justru dapat mendukung pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja formal dan full-time yang bermartabat.
Dengan data yang akurat, langkah strategis seperti menaikkan kelas pekerja informal dan menyerap tenaga muda melalui ekosistem usaha yang adil dapat direncanakan dengan lebih efektif.
Sumber artikel asli: Paradapos.com
Artikel Terkait
Krisis PBNU: Ancaman PBNU Tandingan & Desakan Muktamar Luar Biasa
Komisi III DPR Tolak Usulan Kapolri Dipilih Langsung Presiden: Alasan & Dampaknya
Pembalakan Liar di Sumatera Diduga Picu Banjir Bandang, Desakan Tangkap Korporasi Menguat
Dasco vs Sjafrie: Sinergi Dua Penopang Utama Pemerintahan Prabowo, Bukan Rivalitas