Tak sekadar mendengarkan siaran radio, Ia juga menganalisis kualitas siaran stasiun itu. Orang yang mencapai tingkat ini dapat membedakan kualitas siaran hanya dengan mendengar tanpa alat ukur elektronik.
Sunu menjadi monitor tetap dan teknik di beberapa stasiun radio hingga memenangkan sayembara untuk berkunjung ke berbagai negara, seperti Singapura, Korea, China dan Belanda.
"Saya tetap optimis bahwa radio tidak mungkin tergantikan. Hanya saja perlu ditambah dengan teknologi yang berkembang disesuaikan dengan khalayaknya. Kalau mau mati, sudah jelas tidak."
Sebagai pengamat radio yang jarang orang tau, beliau memiliki pengalaman yang berlimpah dengan awak media luar negeri, koleksi perangko, koleksi souvenir segudang, korespondensi bersama penyiar dalam buku Gelora Api Revolusi, bahkan presiden negara lain.
Bahkan Sunu berhasil mendirikan sebuah komunitas bersama Aries Subagyo pada 1991 bernama komunitas DX Club Indonesia (www.idxc.org). Hingga kini, DX Club Indonesia adalah satu-satunya organisasi DX Indonesia yang terdaftar pada World Radio TV Handbook dan anggotanya sekitar 1.500 orang. Mereka tersebar di seluruh Nusantara dan mancanegara, seperti Cile, Argentina, Maroko, Bangladesh, India, dan Amerika Serikat.
"Radio punya karakteristik yang kuat dan beberapa diantaranya tidak dimiliki media lainnya. oleh karena itu, radio akan terus bertahan walaupun muncul berbagai media baru. Perlu adanya penyesuaian seiring dengan perubahan jaman." tutupnya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: dkylb.com
Artikel Terkait