KONYOL! Gelombang Kecaman Publik Tolak Tambang Nikel di Raja Ampat, Bahlil Berdalih Kampanye Gelap Asing

- Minggu, 08 Juni 2025 | 09:55 WIB
KONYOL! Gelombang Kecaman Publik Tolak Tambang Nikel di Raja Ampat, Bahlil Berdalih Kampanye Gelap Asing

PARADAPOS.COM - Gelombang kemarahan publik atas praktik pertambangan nikel makin menguat seiring eksploitasi yang dilakukan di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat.


Kritik keras datang dari berbagai kalangan, mulai aktivis lingkungan, selebritas, hingga mantan pejabat negara. 


Semua bersuara lantang menyerukan penghentian perusakan alam salah satu kawasan paling indah dan penting di Indonesia.


Adalah organisasi lingkungan Greenpeace Indonesia yang mengungkap kekhawatiran atas dampak hilirisasi nikel terhadap ekosistem di Raja Ampat.


Dalam unggahannya, Greenpeace menggambarkan Raja Ampat sebagai 'The Last Paradise' yang kini terancam rusak karena kepentingan sesaat dan dorongan oligarki.


"Hilirisasi nikel, yang digadang-gadang sebagai jalan menuju energi bersih, telah meninggalkan jejak kehancuran di berbagai tempat, dari Sulawesi hingga Maluku," tulis mereka.


Tak hanya itu, Greenpeace Indonesia juga menyebut keterlibatan PT Antam melalui anak usahanya, PT GAG Nikel, dalam pertambangan di Pulau Gag, Raja Ampat.


Mereka mendesak pemerintah segera bertindak sebelum kerusakan alam semakin meluas.


Keresahan itu kian meluas. Bahkan, sejumlah publik figur menyuarakannya dengan lantang di media sosial (medsos).


Influencer Denny Sumargo, misalnya langsung meminta kepada Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan tambang di Raja Ampat.


"Saya memohon dengan sangat kepada pak Prabowo, mewakilkan diri saya dan aspirasi masyarakat Papua. Tolong ditinjau kembali kebijakan untuk pengolahan nikel di Papua. Tolong sekali, pak,” tulis Denny.


"Tanah Papua bukan ladang untuk eksploitasi, tapi tanah kehidupan."


Senada dengan Denny, Komedian Ernest Prakasa dan Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti juga menunjukkan ketidaksepakatannya dengan eksploitasi alam yang dilakukan perusahaan pelat merah di Kawasan Timur Indonesia.


"Terus karena perusahaan milik negara, boleh merusak laut milik negara?” tulis Susi di akun X.


Bahkan, penyanyi Sherina Munaf juga ikut mengecam pembiaran atas eksploitasi nikel di Raja Ampat.


Melalui akun X-nya, Sherina mengunggah ulang tulisan aktivis Kalis Mardiasih yang menyentil tajam Kementerian ESDM dan Kementerian Kehutanan.


“Dulu pas kecil, aku kira Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pekerjaannya melindungi ESDM. Baru tahu pas gede kalau pekerjaan utamanya jualan ESDM,” tulis Kalis.


“Dulu aku kira juga, Menteri Kehutanan itu pekerjaannya menjaga hutan. Baru tahu pas gede kalau pekerjaan utamanya alih fungsi lahan berkedok memanfaatkan hutan,” lanjutnya.


Namun kecaman tersebut dijawab sebelah mata. 


Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia meninjau pertambangan nikel PT GAG Nikel di Pulau Gag, Kabupaten Raja Ampat pada Sabtu 7 Juni 2025. 


"Saya itu datang ke sini untuk mengecek langsung aja kepada seluruh masyarakat, dan teman-teman kan sudah lihat dan saya juga melihat secara objektif apa sebenarnya yang terjadi dan hasilnya nanti dicek oleh tim saya (inspektur tambang)," ujarnya dalam keterangan tertulis.


Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno menyampaikan bahwa tidak ditemukan masalah di wilayah tambang. 


"Kita lihat juga dari atas tadi bahwa sedimentasi di area pesisir juga tidak ada. Jadi, overall ini sebetulnya tambang ini nggak ada masalah," kata Tri.


Namun, Tri mengaku telah menurunkan tim Inspektur Tambang untuk melakukan inspeksi di beberapa Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) di Raja Ampat. 


Halaman:

Komentar