'Bukan Memikirkan Kondisi Rakyat, Tetapi Dua Periode Anaknya'
Sudah dikutip oleh berbagai media pada Jumat (19/9/2025), MANTAN Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), mengungkapkan bahwa dirinya memang telah memerintahkan relawannya untuk mendukung Prabowo-Gibran dua periode.
"Sejak awal saya sampaikan kepada seluruh relawan untuk itu (dukung Prabowo-Gibran dua periode)," kata Jokowi.
Prihatin, sedih
Maaf, Pak Jokowi, banyak rakyat yang hari ini masih tidak bisa makan. Anda malah sudah memikirkan anak sendiri dua periode. Di mana hati nurani Anda?
Sebagai manusia biasa, rakyat jelata, jujur dari pikiran dan hati nurani terdalam, saya prihatin dan sedih.
Terlepas dari berbagai "drama" tetang Jokowi dan Gibran yang dibuat oleh pihak mereka sendiri atau pihak lain.
Saya melihat, MANTAN Presiden RI ke-7 ini malah semakin jauh dari harapan rakyat atas sosok pribadi sebagai seorang negarawan.
Tidak seperti mantan Presiden. RI yang lain, setelah pensiun, dirinya malah semakin menyibukan diri dengan lingkaran kekuasaan.
Semakin dalam melibatkan dinastinya dalam kancah politik dan kekuasaan.
Sampai-sampai, maaf, Jokowi saya sebut hingga buta dan tuli atas kondisi rakyat negeri ini, tidak memikirkan anak-anak orang lain, anak-anak rakyat dan rakyat Indonesia yang masih terus didera kebodohan, penderitaan, kemiskinan, dan ketidakadilan.
Jokowi malah mengerahkan "Ternak Mulyono" (Termul) untuk mengawal dan mendukung Prabowo dan anaknya dua periode.
Mengapa Jokowi yang seharusnya menikmati masa pensiunnya, malah terus terlibat dan melibatkan diri ke dalam politik praktis dengan terus memaksakan Gibran dalam lingkaran kekuasaan?
Jokowi terus memaksakan diri dengan berbagai cara karena ada kepentingan, ada itikad, dan motif untuk mempertahankan dan merebut kekuasaan. Segala upaya, strategi, dan taktik digunakan untuk meraih dan mempertahankan otoritas.
Terus menjadi aktor politik untuk mendapatkan dukungan publik serta mempertahankan posisi puncak kekuasaan, meski melalui anaknya.
Mengapa Jokowi menjadi demikian? Semakin jauh dari figur negarawan? Ijazah pun dijadikan "komoditas" politik.
Berbagai pihak pun dilibatkan untuk mengawal dan melindungi Jokowi dari kasus ijazahnya?
Mengapa Kapolri malah menjadi seperti raja? Presiden Prabowo pun tidak berkutik, tidak menggantinya? Meski rakyat sudah berteriak meminta Kapolri diganti.
Tetapi apa responnya? Presiden hanya menjawab dengan rencana membuat tim reformasi polri. Kapolri malah ikutan membuat tim reformasi polri secara internal. Maaf, itu apa maksudnya?
Rakyat tahu
Maaf, Pak Jokowi, rakyat tahu, mengapa Anda masih tidak bisa istirahat dan pensiun.
Dan, rela menjadi orang yang dicap "mencla-mencle? Mengapa Kapolri juga tidak diganti-ganti?
Mengapa Gibran juga dipaksakan menjadi wakil presiden dengan menabrak etika dan moral?
Lalu, mengapa semakin banyak ternaknya, termulnya? Dari mana dukungan dana untuk para ternaknya? Mengapa dengan tidak punya perasaan, Anda sudah bicara Prabowo-Gibran dua periode, padahal di periode ini saja baru berjalan sebelas bulan.
Rakyat tahu, ada beban apa yang ditanggung Anda kepada para cukong, oligarki, dan lainnya.
Sehingga Anda tidak dapat istirahat dan tidur nyenyak. Sampai-sampai harus terus dilindungi Kapolri pilihan Anda.
Rakyat tahu apa yang akan terjadi untuk Anda dan kepentingan Anda, bila Anda istirahat.
Tidak ikut lagi politik praktis, tidak mengerahkan termul, tidak menyodorkan Gibran, tidak mempertahankan Kapolri, tidak mengestafetkan kontrak Anda dengan "mereka" ke Prabowo,
Negarawan, politikus, berbeda
Negarawan itu ahli dalam kenegaraan; ahli dalam menjalankan negara (pemerintahan); pemimpin politik yang taat asas menyusun kebijakan negara dengan suatu pandangan ke depan atau mengelola masalah negara dengan kebijaksanaan dan kewibawaan.
Oleh sebab itu, seorang negarawan hendaknya mempunyai kepedulian, loyalitas terhadap bangsa dan negara, arif dan bijaksana, bersikap adil, memahami pemerintahan dan tidak tercela, dan sudah tentu tidak pernah tersandung kasus-kasus seperti KKN, mementingkan cukong, oligarki, dan dinasti. Ijazah palsu dan lainnya.
Sementara, politikus, poli itu artinya banyak, dan tikus itu hama. Jadi, sekarang di negeri ini cuma banyak hama.
Tikus itu merupakan salah satu hama penyebab kerusakan yang menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi petani karena tikus dapat menyerang seluruh fase pertumbuhan tanaman padi bahkan pada fase penyimpanan.
Nah, apa bedanya tikus dengan tikus yang di dekatnya diberi awalan poli?
Bukankah sekarang lebih banyak politikus yang justru menjadi hama penyebab kerusakan yang menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi rakyat karena politikus menyerang seluruh fase pertumbuhan dan fase penyimpanan berbagai kekayaan di negeri ini?
Bikin rakyat sengsara, tapi mereka terus memanfaatkan suara rakyat untuk duduk di kursi jabatan dan kekuasaan itu.
Jadi, hingga saat ini, rakyat semakin tahu siapa Jokowi itu. Siapa rakyat yang dimaksud, apa yang 58 persen atau yang 42 persen? Saya pikir, rakyat yang 58 persen hasil perhitungan "KPU", juga banyak yang cerdas dan punya akal sehat.
Capai melihat termul
Jujur, sebagai rakyat jelata, saya sudah capai melihat termul. Mengapa termul malah nampak sekali diternakan?
Lebih capai lagi melihat para termul ada di ruang diskusi publik yang hanya "ngeyel", "beropini", membela Jokowi dengan berbagai narasi dan menganggap rakyat tidak tahu faktanya tentang Jokowi.
Saat saya melihat Rocky Gerung, meninggalkan "Rakyat Bersuara". Bila saya jadi Rocky pun akan melakukan hal yang sama.
Tetapi saya akan lebih menegaskan mengapa harus meninggalkan acara dengan memberikan alasan, semisal:
"Maaf, izin, saya tidak dapat melanjutkan debat di sini. Sebab, saya hadir dalam debat juga sebagai wadah saya untuk belajar dan terus belajar. Tetapi, saya tidak mendapatkan manfaat dari debat di sini, karena perdebatan ini "dangkal". Maaf. Izin. Wassalamualaikum ...
Dengan begitu, lawan debat jadi tahu bahwa level mereka masih sebatas jualan opini.
Saya juga berdoa, semoga rakyat tidak sampai menghakimi Presiden Prabowo dengan memberikan julukan pendukungnya "TerBo", Ternak Prabowo. Aamiin YRA.
Hidayah
Menutup tulisan ini, semoga Pak Jokowi segera mendapatkan hidayah.
Mendapatkan petunjuk, bimbingan dari Tuhan tentang kebenaran dan kebahagiaan sejati. Cahaya penuntun menuju kebenaran dan kebahagiaan. Aamiin YRA. ***
Artikel Terkait
The Institute for Ecosoc Rights: Pada 2014-2024 Terjadi Pelanggaran HAM Berat di Indonesia, 1 Juta Orang Tewas Secara Sunyi!
Membaca Manuver di Balik Arahan Jokowi “Prabowo-Gibran 2 Periode”
Ahli Hukum Pastikan Pengelola Dapur MBG Bisa Dipidana, Ini Dasarnya
5 Fakta di Balik Rencana Shell Jual Ratusan SPBU di Indonesia