Upaya ini mencakup peningkatan lebih dari 10.000 fasilitas kesehatan primer dan lebih dari 500 laboratorium kesehatan masyarakat untuk memenuhi standar layanan minimal.
Dengan dana gabungan sebesar US$4 miliar atau Rp62 triliun, dukungan tersebut mencakup pengadaan peralatan, pengiriman, instalasi, pelatihan pengguna, layanan operasional, pemeliharaan, dan peningkatan kapasitas operasional dan pemeliharaan peralatan.
Dalam kerangka proyek SIHREN, SOPHI, dan InPULS, Kementerian Kesehatan telah merinci skema sebagai berikut:
- SIHREN: Pembiayaan dari IsDB, Bank Dunia, AIIB; Penerima melibatkan rumah sakit rujukan nasional, provinsi, dan tingkat kabupaten/kota; Pelaksanaan periode 2024-2027.
- SOPHI: Pembiayaan dari AIIB, ADB, Bank Dunia; Penerima mencakup Puskesmas, Pos Kesehatan Desa, dan Pos Pelayanan Terpadu; Pelaksanaan periode 2024-2028.
- InPULS: Pembiayaan dari Bank Dunia, ADB; Penerima termasuk laboratorium tingkat 2, 3, 4, dan 5; Pelaksanaan periode 2024-2028.
Pemerintah berupaya mencari alternatif pembiayaan untuk pengadaan peralatan kesehatan dan mendistribusikannya secara merata melalui kerangka ini.
Namun, kekhawatiran muncul terkait biaya dana yang terkait dengan skema pembiayaan multilateral ini dan potensi keterlibatan vendor internasional dalam pengadaan peralatan kesehatan, mengurangi peluang bagi pelaku bisnis lokal.
Meskipun perusahaan lokal dapat memasok peralatan untuk proyek InPULS dan sebagian SOPHI, kemungkinan vendor internasional tetap terbuka, memerlukan kebijakan yang hati-hati dari Kementerian Kesehatan. ***
Artikel asli: bicaranetwork.com
Artikel Terkait
Kredit Perumahan Mandek, Menteri Keuangan Khawatirkan Daya Beli Masyarakat
Bursa Asia Anjlok: Penyebab, Dampak ke Indonesia, dan Prediksi ke Depan
Analisis IHSG Hari Ini: Proyeksi 8.150-8.350 Dipicu Data Ekonomi Q3 2025 & Rebalancing MSCI
Semangat Cokroaminoto & Program Koperasi Desa Merah Putih: Strategi Menkop Ferry Bangun Ekonomi Umat