Ia berharap seminar ini dapat mengurai masalah serta meminta solusi kepada pemerintah apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan industri tekstil tersebut.
"Utilisasi (pemanfaatan) industri tekstil sekarang di bawah 50 persen, normalnya 80 persen, sekarang drop sampai 40 persen," terangnya.
Bagi Farhan ini menjadi problem tersendiri bagi pelaku industri tekstil sembari meminta pemerintah untuk menerapkan kebijakan yang tepat untuk menyelamatkan industri tersebut.
Ia menjelaskan salah satu yang dilakukan ialah dengan mengajukan anti dumping sebagai alat hukuman para eksportir di luar negeri yang melakukan dumping.
"Dumping adalah justment harga supaya lebih murah, misalnya dari Tiongkok memberikan fasilitas terkait subsidi, kredit bank dan sebagainya. Itu yang akhirnya membuat harga di Tiongkok lebih murah," ujarnya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: suaramerdeka.com
Artikel Terkait
BSDE Catat Laba Bersih Turun 49% di 2025, Tapi Prapenjualan Tembus Rp7,1 Triliun
10 Saham Paling Aktif di BEI 27-31 Oktober 2025: Data & Analisis
Daftar Magang Nasional Batch 2 Kemnaker 2025: 80.000 Kuota untuk Fresh Graduate
Proyeksi IHSG Pekan Depan: Potensi Menguat ke 8.354 & Rekomendasi Saham BRMS, ISAT, PANI, SSMS