PARADAPOS.COM - Beredar kabar Jaksa Agung, Sanitiar Burhanuddin bakal diganti pekan depan.
Informasinya pun sudah sampai ke redaksi media, Minggu (18/5/2025).
Beredar penggantinya adalah Mantan Kepala Kejaksaan Tinggi Sulsel, Leonard Eben Ezer.
Belum ada kepastian dari pihak istana dan Kejaksaan. Sehingga, hingga saat ini, informasi ini masih belum valid.
Profil Leonard Eben Ezer
Leonard Eben Ezer lahir di Tapanuli yang merupakan suku Batak, terletak di sebuah kawasan yang meliputi pesisir pantai barat Sumatra Utara hingga pesisir Danau Toba.
Namun, Leonard Eben Ezer Simanjuntak tak besar di sana, dia besar di Tarakan, Kalimantan Timur, Sukabumi dan Karawang.
Dia memiliki dua anak, laki-laki dan perempuan. Perempuan telah bekerja, sementara anak laki-lakinya masih duduk di bangku kuliah.
Leonard Eben Ezer Simanjuntak sebelumnya Dinas di Banten menjadi Kajati Banten selama setahun lamanya.
Ia juga pernah menjadi Kepala Pusat Penerangan Hukum atau juru bicara Jaksa Agung (Kejagung) RI.
Tak hanya itu, ia juga sebelumnya pernah tugas di Papua Barat sebagai Wakil Kepala Kajati, dan selama bertugas selama 31 lamanya di dunia kejaksaan, ia baru kali ini bertugas di Makassar.
“Saya memang betul tidak pernah di Makassar hanya transit, karena dua kali saya berdinas di wilayah Papua yaitu Papua induk dan Papua Barat, jadi hanya transit pak, hanya untuk makan Coto Makassar,” kata Leonard Eben Ezer Simanjuntak beberapa waktu lalu, di Rujab Gubernur Sulsel.
“Kami harus menjunjung tinggi adat istiadat yang ada di wilayah Sulsel, oleh karena itu, bapak Gubernur, para tokoh, Bupati, Wali Kota, mohon kami diberikan informasi kami diberikan bimbingan, agar kami tidak salah langkah dalam melaksanakan tugas kami, khususnya terkait terhadap adat dan budaya yang ada di Sulsel,” lanjutnya.
Saat ini, Leonard Eben Ezer bertugas sebagai kepala pusat Diklat Kejaksaan.
Ada juga info calon pengganti Jaksa Agung adalah Prof. Dr. Reda Manthovani, S.H., LL.M, adik ipar petinggi Gerindra Sufmi Dasco.
Dr. Reda Manthovani merupakan seorang jaksa yang kini bertugas sebagai Jaksa Agung Muda Intelijen (Jamintel) Kejaksaan Agung (Kejagung) RI.
Namun, hingga saat ini kabar pergantian Jaksa Agung belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah.
Sebagai informasi, Jaksa Agung saat ini ST Burhanuddin mulai menjabat sejak 23 Oktober 2019.
Ia dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjadi Jaksa Agung dan masih menjabat hingga saat ini.
👇👇
Orang Jkw Mulai di ganti ini signal kuat tanda Presiden Prabowo utk melaksanakan janji nya untuk menumpas Korupsi. pic.twitter.com/ZHKOJNgQqr
— @Topi_Merah Influenza pilek (@Andria75777) May 18, 2025
Diketahui, ST Burhanuddin lahir di Majalengka, 17 Juli 1954. Ia mengawali kariernya sebagai staf Kejaksaan Tinggi Jambi sejak tahun 1989.
Lulusan Universitas 17 Agustus 1945 Semarang ini kemudian mengikuti pendidikan pembentukan jaksa dan beberapa kali menjabat sebagai Kepala Kejaksaan Negeri sejumlah daerah, mulai dari Bangko (Jambi) hingga Cilacap.
Pada 2007 Burhanuddin menjabat Direktur Eksekusi dan Eksaminasi Kejaksaan Agung dan berlanjut sebagai Kejaksaan Tinggi Kejati Maluku Utara pada tahun 2008 hingga tahun 2009.
Kariernya terus melesat hingga pernah menjadi Kepala Kejaksaan Tinggi Maluku Utara dan Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan dan Barat.
Saat menjabat sebagai Kepala Kejati Sulawesi Selatan dan Barat pada tahun 2010, Burhanuddin cukup fokus pada penanganan kasus korupsi.
Ia mengibaratkan korupsi seperti kentut, ada baunya tapi tidak ada bentuknya.
Oleh karena itu, tugasnya di kejaksaan adalah untuk membuktikan bentuk itu.
Dia mengatakan hal tersebut pada November 2010 silam.
Burhanuddin juga mendapatkan sorotan luas ketika tim dibawahnya, berhasil mengungkap kasus suap terhadap peradilan kontroversial Ronald Tannur yang melibatkan hakim yang diduga disuap untuk memutuskan vonis bebas terhadap tersangka
Ia terakhir menjabat sebagai Jaksa Agung Muda Perdata dan Tata Usaha Negara (jamdatun) pada 2011 hingga pensiun pada 2014.
ST Burhanuddin pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT. Hutama Karya (Persero) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara BUMN No. SK-132/MBU/8/2015 pada tanggal 4 Agustus 2015.
Bisa Bahasa Makassar
Kepala Kejaksaan Agung (kejagung) ST Burhanuddin blak-blakan mengungkapkan kepribadiannya yang tidak diketahui banyak orang. Salah satunya soal kelebihannya yang bisa menguasai banyak bahasa daerah.
Meski lahir di Cirebon dan besar di Magelang, Burhanuddin mengakui bahwa dirinya menguasai delapan bahasa daerah.
"Saya lahir di Cirebon, saya gede di Magelang mulai dari SMP-SMA, saya di Cirebon cuma sampai SD tapi saya bisa bahasa Sunda. Saya mengusai 8 bahasa daerah yang bisa, Jawa, Sunda, Palembang, Padang, Aceh dikit, Aceh itu bahasa pendek-pendek, Makassar bisa," katanya.
Burhanuddin mengakui kemampuannya menguasai delapan bahasa daerah dikarenakan tuntutan dari pekerjaan sebagai jaksa yang membuatnya harus berdinas di sejumlah Kejaksaan ketika menangani berbagai kasus.
"Itu karena tugas keliling. Jaksa kalau di persidangan itu kalau tersangka penduduk sana, mau gak mau harus bisa bahasannya," ujar Jaksa Agung ST Burhanuddin.
Bukan hanya mengungkapkan soal bahasa daerah yang dikuasai, Burhanuddin juga mengungkapkan karakter aslinya yang tidak mencerminkan penampilan tegasnya di depan publik.
Pemilik nama lengkap Sanitar Burhanuddin itu mengaku sosok yang tidak pernah marah kepada para pegawainya.
"Saya itu tidak pernah marah, kalau saya marah kerjaan saya ambil alih. Saya konsep sendiri, saya ketik sendiri, baru itu marah. Tapi itu dulu, memang saya wajah sangar, tapi saya halus," tuturnya.
Soal penampilannya yang khas dengan kumisnya yang tebal, Burhanuddin mengatakan bahwa kumis tersebut sangat membuatnya percaya diri.
"Kalau saya enggak ada kumisnya itu saya culun, waktu masih pendidikan pertama masuk enggak ada kumisnya. Saya kelihatan culun kalau gak ada kumis," tuturnya lagi.
Artikel Terkait
Cerita Novel Baswedan Ajukan Diri Tangkap Harun Masiku, tapi Ditolak Firli Bahuri
Projo Berpeluang Kena TPPU jika Terbukti Terima Aliran Dana Pengamanan Judol dari Budi Arie
Budi Arie Disebut Terima Duit Sogokan Kasus Judol, Projo: Stop Framing Jahat!
Nama Budi Arie Terseret di Kasus Judol, Projo Gerah: Ini Framing Negatif!